Sabtu, 04 Agustus 2012

Sesar


Kenampakan Sesar di Lapangan

Sesar adalah rekahan yang telah bergeser yg arahnya sejajar dengan bidang rekahannya/bidang sesar.

Gambar ilustrasi suatu sesar

Istilah-istilah yang berkaitan dengan sesar:
1. Breksi Sesar: Breksi yang terbentuk akibat sesar
2. Gouge : Suatu bahan yang halus karena lumat
3. Bidang Sesar: Bidang rekahan yang bergerak
4. Fault Line/Fault Trace (Garis Sesar) : Perpotongan bidang sesar dengan tanah
5. Hanging Wall: Bongkah patahan yang berada di bagian atas bidang sesar
6. Foot Wall: Bongkah patahan yang berada di bagian bawah bidang sesar
7. Throw: Komponen kertikal dari total throw.
8. Heave : Jarak horizontal yang memisahkan bagian-bagian dari lapisan


Contoh kenampakan sesar di lapangan

Foto kenampakan sesar normal/ turun pada batugamping klastik Formasi Campurdarat di pinggir jalan utama, Kabupaten Trenggalek.

Foto kenampakan sesar dextral pada perulangan batupasir-batulempung Formasi Kerek di pertemuan K.Kidang dengan K.Bercak, Repaking, Wonosegoro, Boyolali



Minggu, 27 Mei 2012

Jalan-jalan Ke NTB



 
    
      Pukul enam pagi kami berangkat dari Surabaya. Dari bandara Djuanda dengan menggunakan pesawat Merpati Nusantara. Tujuan kami adalah Dompu, NTB. Kurang lebih pukul 9 kami tiba di bandara Ngura Rai Denpasar. Dari Ngura Rai kami transit menuju bandara Salahudin Bima, NTB. Sampai di bandara Salahudin kira-kira pukul 12 siang. Kami langsung makan siang di rumah makan depan Bandara Bima.

Tiba di Bandara Salahhudin Bima
      Kini kami melanjutkan perjalanan dengan mobil menuju Dompu. Kira-kira pukul 14.00 WITA siang kami sampai di tempat tujuan yaitu Kota Dompu. Setelah beristirahat kurang lebih sejam kami melanjutkan perjalanan lagi ke lokasi penambangan emas tradisional di daerah Woja kurang lebih 10 menit dari Kota Dompu. Sampai di tempat ini kami bertatap muka dengan penduduk dan penambang tradisional untuk pengenalan. Daerah disekitar penambangan ini yang akan menjadi lokasi penelitian kami selama seminggu nanti.
..............................................................................................................................................................
      Enam hari lamanya kami melakukan penelitian di lapangan. Memang cukup melelahkan, apalagi daerah penelitian panas dengan cuaca khas Dompu. Hari terakhir kerja kami manfaatkan untuk jalan-jalan ke pantai. Tujuan kami kali ini adalah pantai Lakey yang terkenal dengan ombaknya. Walau udara panas, dengan kendaraan bermotor kami menuju ke pantai tersebut. Memang benar kata mereka, ternyata pantainya indah dan ombaknya yang besar. Katanta urutan kedua di dunia. Hal ini yang menjadi daya tarik buat wisman untuk berselancar di sini.
 
Berfoto di pusat kota Dompu, Tampak icon dari Kota Dompu berupa patung Kuda Merah dan Putih

Ombak Pantai Lakey, Hu'u, Dompu. Tampak Seorang wisman lagi berselancar

Kini tiba saatnya harus kembali ke Surabaya. Jalur kali ini berbeda dengan sebelumnya datang dari Surabaya. Kini kami memili jalan darat dari Dompu menuju Pulau Lombok dengan tujuan kota Mataram.
      Berangkat dari terminal Dompu kira-kira pukul 21.00 WITA dengan menggunakan bus. Pukul setengah enam pagi kami tiba di pelabuhan penyeberangan. Suasana pagi sangat terasa, sambil menunggua sun rise kami menikmati pop ice sekedar mengisi perut, terkadang rasa kantukpun datang dan sesekali saya tertidur di atas kursi kapal motor feri ini. Temanku terus berkeliling sambil mengambil gambar susana pagi dengan kameranya. Ini memang benar-benar pagi yang indah.
      Kira-kira pukul 07.00 WITA kami merapat di pelabuhan penyeberangan Lombok. Perjalananpun dilanjutkan ke Mataram dengan bus yang sama dan kira-kira pukul 12an WITA kami tiba di terminal Mandalika Mataram. Disini kami dijemput oleh seorang teman yang berasal dari Dompu. Kami bertiga langsung menuju ke tempatnya.
.............................................................................................................................................................
       Sore itu kamipun berkeliling ke Pantai Senggigi yang sangat terkenal di NTB itu. Kini tak cuma cerita yang aku dengar tentang Senggigi tapi suatu yang nyata, begitu indah dengan hamparan pasir putih dan melengkung sepanjang teluk. Begitu indah, bersih dan rapih. Terlihat banyak wiasman maupun wisatawan dometik disini.
       Keesokan harinya saatnya kembali ke Surabaya. Kali ini kami menggunakan Pesawat Lion Air dari Bandara Internasional Lombok. Kurang lebih satu jam lebih kami tiba di Bandara Juanda. Kemudian menuju ke basecamp untuk berdiskusi dan menyerahkan laporan kerja di Dompu.
     Pagi itu kamipun kembali ke jogja, tempat dimana kami masih menuntun ilmu.

Jumat, 18 Mei 2012

Potensi Gunungapi di Kabupaten Lembata

GAMBARAN UMUM

      Lembata adalah sebuah pulau gugusan Kepulauan Solor yang terletak antara Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Alor.
Secara geografis Pulau Lembata terletak di sebelah timur pulau Flores dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara        : Laut Flores
Sebelah selatan     : Laut Sawu
Sebelah timur        : Selat Alor
Sebelah barat        : Selat Boleng dan Lamakera
Secara astronomis Lembata terletak pada posisi : 8°10' - 8°11' LS dan 123°12' - 123°57' BT.
Secara administratif, sejak tahun 1958 Lembata merupakan bagian dari Kabupaten Flores Timur dengan Ibukota Larantuka, namun berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 1999 sejak 12 Oktober 1999, Pulau Lembata resmi berdiri sendiri menjadi Kabupaten Lembata dengan Ibukota Lewoleba yang memiliki luas wilayah 1266,48 km² atau 126.648 Ha.
      Pulau Lembata dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya merupakan gugusan kepulauan Solor yang membentang dari Pulau Solor dan Pulau Adonara (Kabupaten Flores Timur) di bagian barat,dan Pulau Pantar dan Pulau Alor serta pulau-pulau kecil lainnya di sebelah timur(Kabupaten Alor). Gugusan kepulauan Solor ini masuk dalam zona” ring of fire” atau lingkaran api dunia di mana pada masing-masing pulau terdapat gunungapi aktif.
      Pulau Lembata terletak pada pusat kegiatan tektonik dari busur magmatik Sunda-Banda berarah Barat-Timur yang menunjukkan tempat bertemunya tiga lempeng tetonik besar (Hamilton,1979). Pulau Lembata merupakan bagian dari sistem Busur Banda bagian dalam dan terbentuk dalam rangkaian kepulauan bergunungapi aktif.Seperti halnya bagian barat, bagian timur wilayah busur ini dikenal mempunyai potensi bahan galian logam yang cukup berarti terutama emas dan tembaga. Beberapa temuan mineralisasi di wilayah busur kepulauan tersebut terdapat di Sumbawa (PT. Newmont Nusa Tenggara Timur) dan di Wetar  (PT. Prima Lirang). Bahkan di antaranya ada yang sudah berproduksi seperti tambang tembaga tipe porfiri di daerah Batu Hijau, Nusa Tenggara Barat. 
     Di kabupaten Lembata memiliki tiga gunungapi aktif. Gunungapi-gunungapi itu antara lain, Gunungapi Ile Lewotolo, Gunungapi Ile Batutara, dan Gunungapi Ile Werung. Gunungapi-gunungapi ini berpotensi menghasilkan bahan galian tipe A,tipe B, dan tipe C (bahan galian industri).Ambil contoh dari masing-masing bahan galian tersebut antara lain yaitu panas bumi (geothermal) di Kecamatan Atadei, emas di Kecamatan Lebatukan, Buyasuri,Omesuri dan Atadei, dan belerang dan sirtu di kecamatan Ile Ape. Semua bahan galian ini sangat potensial namun belum dikelolah dan dimanfaatkan karena faktor lemahnya sumber daya manusia (SDM) ,masih kentalnya budaya dan adat istiadat serta kondisi geologi setempat yang tidak memungkinkan dilakukan eksploitasi sumber daya alam dalam skala besar. Selain menghasilkan bahan galian, gunungapi-gunungapi di Kabupaten Lembata juga berpotensi sebagai obyek wisata kebumian dan rekreasi  yang apabila dikelolah dengan baik dapat meningkatkan pendapatan daerah.

GUNUNG API DI KABUPATEN LEMBATA

      Menurut Macdonald (1972,vite Bronto,2001) volcano is the place or opening from which molten rock or gas,and generally both issues from the earth’s interior onto the surface,and the hillor mountain builtup around the opening by accumulation of the rock material.Definisi di dalam Bahasa Inggris itu jika diterjemahkan secara bebas ke dalam Bahasa Indonesia menjadi gunungapi adalah tempat atau bukaan darimana batuan kental pijar atau gas , dan umumnya kedua-duanya, keluar dari dalam bumi ke permukaan,dan bahan batuan yang mengumpul di sekeliling bukaan itu membentuk bukit atau gunung.
Dari definisi gunungapi di atas maka dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Lembata berpotensi memiliki gunungapi. Hal ini juga diperkuat dengan data dasar gunungapi di Indonesia dari Direktorat Volkanologi, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan dan Energi, Republik Indonesia 1979.
      Menurut Hartmann (1935,p.880) tumbuhnya gunungapi di Lomblen (sekarang biasa disebut Lembata) umumnya adalah akibat gaya tektonik,sehingga besar kemungkinan dapat mempengaruhi kegiatan gunungapi tersebut.Di wilayah kabupaten ini,terdapat tiga gunungapi aktif atau gunungapi tipe A. Gunungapi-gunungapi itu antara lain, Gunungapi Ile Batutara, Gunungapi Ile Lewotolok dan Gunungapi Ile Werung. Satu hal yang menarik di kabupaten ini adalah panas bumi di kecamatan atadei apakah termasuk dalam klasifikasi gunungapi atau tidak. Penulis berhipotesa bahwa panas bumi ini termasuk dalam gunungapi tipe C dengan mengacu pada definisi gunungapi tipe C menurut (Bronto, 2001) yang menyatakan bahwa gunungapi tipe C adalah gunungapi yang merupakan lapangan panas bumi yaitu munculnya gas-gas gunungapi,mata air panas,bualan lumpur panas, lapangan alterasi hidrothermal,dan lain-lain. Tubuhnya berupa komposit sudah tidak nampak lagi.

      Berikut di bawah ini adalah data gunung api di kabupaten lembata:
1. Gunungapi Ile Batutara (K.Kusumadinata)
Nama lain            : Pulau Komba, P. Kambing II, Pulu Beta
Tipe                    : Strato
Letak                  : P.Komba Kepulauan Nusa Tenggara, 48 km utara P.Lomblen
Posisi                  : 7047’30”LS 123034’45”BT (Van Bemelen 1949, p.492)
Tinggi                  : 740 M dml (atlas trop Nederland), 3750 ddl
Sifat letusan         : tipe Stromboli dengan sekali- kali limpahan lava

2. Gunungapi Ile Lewotolok (L.D Reksowirogo)
Nama lain         : Ile Ape,Ile Werirang
Nama kawah    : K1 dan K2
Tipe                 : Strato
Letak               : Bagian Utara P.Lomblen
Posisi               :8016’18”LS ,123030’18”BT (Hartmann1935,p.818)
Tinggi               :1319 M dml
Jalur gunungapi ini berarah tenggara-baratdaya.
  Lereng yang menyelimutinya gunungapi ini hingga ketinggian 1000 m dml , terdiridari abu gunungapi,breksi,pasir gunungapi,bom gunungapi,aliran lava kecuali di lereng barat relatif kurang (Hartmann,1935 p.820-821)

  3. Gunungapi Ile Werung (L.D Reksowirogo)
Nama lain            : Hiro , Lama Heru, Ili Paoegora, Punoetoen Ata Lama Heru
Tipe                    : Strato
Letak                  : di tepi selatan pulau Lomblen NTT
Posisi                  : 8032’24”LS ,123035’248”BT (Hartmann’1935)
Tinggi                  : 1018 M dml
      Kawah Dan Dome Lava : Ili Monyet(D),Ado Wajung(K), Ili Werung (D),Lositobe Utara Dan Lositobe Selatan (K),Ili Gripe(K,D),Ili Penutun(D)

      Untuk mencapai G. Ili Werung dapat dilakukan dari Bandung ke Surabaya, Surabaya - Kupang - Maumere dengan pesawat. Dari Maumere ke Larantuka dengan menggunakan kendaraan beroda empat, dari Larantuka ke Lembata (Lewoleba) dengan menggunakan kapal laut, terus dilanjutkan dengan kendaraan beroda empat dari Lembata menuju ke Kec. Atadei di mana G. Ili Werung terletak. (sumber:Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi , Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral , http://www.esdm.go.id )

Manfaat Gunungapi

      Secara umum keberadaan gunungapi mempunyai dua manfaat utama yaitu manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan manfaat praktis atau terapan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup manusia.
Gunungapi dipandang sebagai laboratorium alam yang oleh para ahli gunungapi dijadikan obyek penelitian secara terus-menerus untuk pengembangan ilmu pengetahuan kegunungapian. Hasil pengembangan volkanologi ini juga nantinya juga akan memberikan manfaat praktis untuk kepentingan umum. Bahan atau keadaan di kawasan gunungapi yang merupakan hasil kegiatan gunungapi baik langsung maupun tidak langsung yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia disebut sumberdaya gunungapi (Bronto,2001 hal.11-1).

Sumberdaya Energi Gunungapi

      Magma gunungapi adalah sumber panas yang memanasi air bawah permukaan sehingga menjadi uap panas bumi yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik. Sebagai kawasan yang secara tektonik dan volkanisme sangat aktif maka batuan gunungapi juga mempunyai potensi yang berhubungan dengan keterdapatan cebakan hidrokarbon, baik berupa batubara, minyak bumi maupun gas alam. Pengaruh volkanisme antara lain mampu mempercepat pematangan atapun sebagai batuan reservoir.
      Adapun potensi sumberdaya gunungapi di Kabupaten Lembata yaitu panas bumi Atadei yang belum dimanfaatkan oleh pemerintah dan masyrakat Lembata sebagai kebutuhan energi daerah. Panas bumi ini hanya baru dapat dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Berikut di bawah ini keterangan tentang panas bumi Atadei.
Geotermal Sumur Eksplorasi At-1 Lapangan Panas Bumi Atadei Kabupaten Lembata – NTT: 
Lapangan panas bumi Atadei terletak ± 30 km di sebelah selatan Lewoleba, Ibukota kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Sumur AT-1 berada pada ketinggian 606.4m dpl.Karakteristik Geotermal Sumur Eksplorasi At-1, Lapangan Panas Bumi Atadei, Kabupaten Lembata -NTT. 
a. Litologi sumur eksplorasi AT-1 disusun oleh breksi tufa terubah (0 – 18 m), g p, andesit terubah (18 – 56 m) dan tufa terubah (56 – 62 m) dan andesit terubah (62 – 830.50 m). 
b. Seluruh batuan mengalami ubahan hidrotermal sedang sampai sangat kuat (SM/TM = 35 – 85%), terdiri dari lapisan over burden (0 – 6 m), tipe ubahan argilik (clay cap) dari 6 - 416 m, transisi argilik sampai  propilitik (416 - 590 m), dan batuan reservoir (tipe propilitik dan advanced argillc type) di antara 590 – 830.50 m. 3. Temperatur terukur maksimum adalah 145.5 oC (suhu ekstrapolasi 180 oC) di kedalaman 450 m. Temperatur reservoir sumur AT-1 berkisar antara 1800 – 240 oC (korelasi terhadap mineral ubahan). (k l i t h d i l bh ) 4. Batuan terubah di sumur AT-1 dicirikan oleh permeabilitas yang sangat kecil, dipengaruhi oleh 2 jenis fluida hidrotermal, yakni fluida sulfat-asam dan fluida klorida-netral. klorida netral 5. Untuk menyemburkan sumur AT-1 diperlukan prosedur yang tepat, mengacu pada data sumur (informasi) seperti posisi puncak cairan, kolom gas/uap, feed zone titik didih dan tekanan zone,
Pengeboran 2 (dua) sumur eksplorasi (AT-1 dan AT-2) di lapangan panas bumi Atadei, Kabupaten Lembata, Propinsi (NTT) dilakukan Subdit Panas Bumi - Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral ( (DJGSM) . ) Sumur eksplorasi AT-1 ditajak pada 3 Agustus 2004 dan diselesaikan dalam 67 hari setelah pemboran trayek liner 6 5/8” menembus 5/8 kedalaman 830.50 m. Pada pemanasan selama 24 jam di kedalaman 450 m dengan temperatur terukur di bawah permukaan adalah maksimum 145.50 oC (suhu ekstrapolasi 185 oC). Semburan umur AT-1 hanya mampu bertahan selama 2 (dua) menit ketika sumur dibuka pada TKS 8 0 8.0 kscg.
Sumberdaya Lingkungan Gunungapi

Sumberdaya lingkungan gunungapi antara lain untuk pariwisata gunungapi, olahraga, pemukiman, pertanian, perkebunan dan kehutanan, pengobatan dan pemanfaatan air bersih baik untuk keperluan rumah tangga, industri maupun pertanian.
Gunungapi Ile Batu Tara dapat dicapai dari daerah Lomblen  menggunakan kapal charter atau perahu layar  menuju lokasi ini atau dari salah satu di daerah Flores  Timur, karena memang tidak ada transportasi yang secara  rutin dan tersedia untuk singgah ke pulau ini serta tidak ada  penduduk yang bermukim di pulau ini. Pelayaran mencapai lokasi gunungapi ini dari daerah Pantar diperkirakan sekitar lebih kurang satu hari, cuaca dan musim disarankan perlu diperhitungkan. 
Potensi wisata maritim di sekitar wilayah gunungapi ini sangat menarik, terutama untuk penyelam. Dasar laut tampak jelas di sekitar dekat pantai di pulau ini, terlihat pemandangan dasar laut yang sangat indah dan belum  terjamah oleh  kegiatan manusia, dan masih tampak sangat alamiah (natural). 

(Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi 
Departemen Energi dan sumber Daya Mineral http://www.esdm.go.id)
Selain Ile Batutata, Ile Lewotolok juga memiliki potensi wisata yang tak kalah menariknya yaitu rumah adat dan ritus pesta kacang Jontona .Jontona terletak di Kecamatan Ile Ape. Dari Jontana tepatnya di Dusun Lewohala yang terletak di ketinggian Gunung Ile Ape (Ile Lewotolo) terdapat kampung tua dengan kompleks rumah adat dimana masing-masing mempunyai kelengkapan untuk upacara adat seperti keramik, gading, dan lain-lain. Disini setiap tahunnya pada bulan September selalu diadakan upacara adat Sora Utan dan Pesta Makan Kacang yang unik yang terpusat pada rumah-rumah adat. Selama upacara pesta kacang, pengunjung dapat menikmati atraksi-atraksi budaya serta dapat menikmati tarian-tarian tradisional beserta perlengkapan-perlengkapan yang digunakan dalam tarian-tarian tersebut. Disamping itu pengunjung juga dapat menyaksikan hasil tenun ikat tradisional Ile Ape serta melakukan hiking dari Desa Jontana menuju Kampung Lewolaha untuk menikmati panorama laut dari Gunung Vulkanis Ile Ape (Ile Lewotolo). Dari Lewoleba pengunjung dapat mencapainya dengan kendaraan roda dua maupun roda empat kurang lebih dua jam dengan menempuh jarak 16 km. Pengunjung dapat menyewa rumah penduduk sebagai home stay.
Paling menarik dari potensi wisata gunungapi ini adalah sumber gas alam karun Watuwawer .Terletak di Desa Atakore Kecamatan Atadei. Mayoritas tanah disekitarnya vulkanis sehingga muncul adanya gas bumi berupa uap-uap panas yang berkekuatan cukup besar. Keunikan dari sumber gas ini adalah digunakan oleh masyarakat lokal sebagai dapur alam. Mereka membuat lubang-lubang kecil kemudian memasukkan berbagai jenis makanan seperti ubi-ubian, kacang-kacangan, jagung muda, sukun dan lain-lain kemudian setelah matang makanan tersebut dapat langsung dikonsumsi dengan aroma yang khas dan mengundang selera. Sambil menunggu matang, pengunjung dapat melakukan aktifitas wisata seperti hiking, bernyanyi dan bergembira ria dengan menikmati tarian-tarian daerah. 
Disamping itu juga dapat mengunjungi rumah adat dan proses pembuatan tenun ikat Atadei. Dari Lewoleba dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua dan roda empat dengan jarak kurang lebih 35 km. Pengunjung dapat menyewa rumah-rumah penduduk sebagai home stay.

Sumberdaya Mineral Gunungapi

Terdapat di fosil gunungapi. Gunungapi dengan tingkat kegiatan hirothermal dan gunungapi aktif masa kini serta mencakup mineral logam dan non logam atau bahan galian industri.

 a. Bahan Galian Logam

Brouwer, 1940, Ehrat, 1925, Koesoemadinata, S. dan Noya, Y., 1983, Van Bemmelen, 1949, Hanafi S., 1993 dan Noya Y. dkk, 1990 telah membuat peta keterdapatan mineralisasi logam di Pulau Lomblen. Secara umum di wilayah ini terdapat beberapa bahan galian mineral logam berupa emas, tembaga, perak dan timbal. 
Penyelidik terdahulu telah menemukan adanya endapan tembaga-timbal-perak tipe stratabound di dalam batuan vulkanik dan sedimen berumur Tersier di bagian timur laut Pulau Lomblen. Kemudian ditemukan juga adanya logam mulia berupa emas dan perak yang berhubungan erat dengan logam dasar, dengan dicirikan adanya urat-urat barit dibagian timur laut dan urat barit di dalam andesit dan diorit di bagian barat daya. 
Urat-urat dan zona lemah yang mengandung tembaga-timbal-seng, terdapat di dalam diorit dan beberapa andesit berumur Tersier Akhir. Selain itu ditemukan juga emas yang berhubungan erat dengan logam dasar di dalam batuan breksi dasitik, tufa atau lava dengan zonasi ubahan silika dan lempung di daerah Balauring. Di Wae Puhe dan Buyasuri ditemukan adanya mineralisasi emas didalam urat-urat kuarsa dan barit atau di dalam breksi terkersikkan dengan sedikit logam dasar berupa tembaga, timbal, seng dan diselimuti oleh silika secara luas serta ubahan lempung.
Hasil penyelidikan geokimia di P. Lembata menunjukkan bahwa di beberapa daerah ditemukan anomali sebagai petunjuk adanya mineralisasi logam. Diantaranya di Wai Puen, Lewolein, Balauring hingga Atanila dan Labala-Balarebong. Hasil analisa kimia contoh batuan dari Lewolein memberikan indikasi adanya kandungan mineral logam Cu, Pb. Zn dan Mn yang signifikan, sedangkan untuk emas tidak dilakukan analisa kimia (Prapto, A dkk, 1998 dan Lahar dkk, 2001).
Adanya mineralisasi Au, Ag dan Pb pada batuan terobosan berumur Tersier (Miosen Tengah-Atas) dan berdekatan dengan zona patahan, menunjukkan  bahwa tipe mineralisasi di Lembata ini dapat dikategorikan sebagai endapan epitermal sulfida rendah. Mineralisasi emas tersebut terbentuk dalam urat-urat kuarsa, karbonat dan kuarsa-barit, umumnya berasosiasi dengan logam dasar seperti tembaga, timbal, seng, arsenik dan antimon (Lahar dkk, 2001).
b. Bahan Galian Barit

Keberadaaan bahan galian barit di daerah penyelidikan terekam sebanyak 4 jalur, berarah relatif utara-selatan (N5°E) dengan kemiringan relatif tegak, panjang masing-masing antara 50 -100 m, dengan ketebalan  20-50 cm. Beberapa waktu yang lalu pernah dilakukan penambangan barit oleh rakyat setempat bersamaan dengan eksploitasi  barit oleh PT. Baroid di daerah Buyasuri (Wai Puen dan Tanah Merah). Penggalian tersebut dihentikan karena pasar barit yang tidak jelas. Dari dimensi urat barit yang ada sumber daya dan cadangan barit di daerah ini relatif kecil dan cocok untuk dibuat pertambangan sekala kecil, mengingat proses penambangannya sangat sederhana hanya penggalian dan pengangkutan saja. Untuk pengembangan pertambangan barit di daerah ini perlu adanya evaluasi ekonomi dan evaluasi pasar barit untuk mengantisipasi pasar yang tidak jelas sebelum penambangan dimulai sehinggga hasil dari pertambangan barit yang ada bisa diserap pasar.





Kamis, 17 Mei 2012

JAWABAN TERHADAP KEKHAWATIRAN, KEBINGUNGAN DAN KETAKUTAN PUBLIK LEMBATA AKAN HADIRNYA INDUSTRI PERTAMBANGAN



a. Bahwa lapisan batuan Pulau Lembata “berbentuk payung” adalah keliru.
1.Isi perut Pulau Lembata berada pada jalur lempeng yang terbentang dari Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Bali , Lombok, Sumbawa, Flores, sampai Lembata dan sekitarnya (jalur rangkaian mineralisasi RI). Pada bagian ujungnya di wilayah Flores, Lembata dan sekitarnya, jalur mineralisasi terbagi dua, yang satu menuju ke utara menuju sebagian Kalimantan ke timur menuju Sulawesi dan terus menuju ke timur menuju Maluku Utara, Papua dan terus menuju Lautan Pasifik menuju selatan Benua Amerika (Argentina, Chili, Peru,dll); dan yang lainnya memutar ke arah sekitar papua Nugini dan terus ke selatan Australia dan sampai ke Benua Antartika (di kutub selatan).
2.Jalur rangkaian mineralisasi di wilayah nusantara terbentang dari pulau sumatera, jawa, bali, Lombok, Sumbawa, flores, lalu mengendap di sekitar wilayah nusa tenggara timur di bagian utara (pulau flores, lembata dan sekitarnya) dan terus ke utara dan seterusnya.
3. Jenis dan bentuk batuan dalam perut bumi terdiri dari batuan sedimen, metamorf dan batuan beku. Perut bumi pulau lembata terdiri dari lapisan-lapisan batuan yang lebih banyak memiliki jenis dan bentuk pada kelompok batuan beku dan batuan metamorf. Artinya lapisan perut bumi pulau lembata terdiri dari batuan yang keras dan kokoh yang sangat minim sifatnya untuk menyimpan air dari permukaan bumi dan tentu sangat sulit terjadinya rembesan air tanah ke permukaan.
4. Wilayah rencana operasi pertambangan (atas program pembangunan pemerintah daerah) adalah area yang berada pada perut bumi pulau lembata yang terklasifikasi sebagai lapisan perut bumi dengan tipe batuan beku dan batuan metamorf.
5.  Batuan pada perut bumi pulau lembata mengandung mineral yang cukup tinggi sehingga soliditas/resistensi antar lapisan tersebut saling terkait secara kokoh.

b. Bahwa “jarak titik operasi pertambangan sangat dekat dengan tepi air laut sehingga dapat mengakibatkan naiknya atau masuknya air laut ke permukaan daratan atau melalui bagian dasar lubang tambang” pada dasarnya tidak benar.
1.Jarak dari titik tambang ke tepi laut tidak relevan sama sekali dan tidak berpengaruh terhadap aktivitas penggalian tambang.
2.Studi geologi telah dilaskukan untuk menentukan kordinat jarak laut dan sumber mineral yang hendak ditambang.
3.Perusahan akan membuat teknik blockade antara pit galian dan tepi laut pada intesitas yang kokoh. Ini dianggap perlu apabila hasil studi tahap eksplorasi secara geologis memerlukannya.
4. Pit galian yang telah diambil mineralnya akan segera diisi kembali dengan material-material padat lainnya.
5. Kendali proses penambangan dilakukan dengan prosedur yang sangat ketat berdasarkan pengukuran dan perhitungan matematis multidisipliner (geologi, geoteknik, hidrogeologi dan pertambangan) untuk menjaga mutu sekuriti wilayah.

c. Bahwa “kasus lapindo dijadikan sebagai sampel untuk konteks  lembata” adalah isi informasi yang tidak beralasan ilmiah. Kasus Lapindo (lumpur panas di Porong Sidoarjo, Jawa Timur) digeneralisasikan begitu saja dengan kondisi geologi Lembata yang sangat berbeda dengat isi perut bumi pulau Jawa.
1.Dalam aktifitas produksinya, perusahan perminyakan/gas melakukan pemboran bertenaga tinggi sampai kedalaman lebih dari ribuan meter sedangkan perusahan pertambangan melakukan penggalian kurang dari satu kilometer, tergantung letak kandungan mineral.
2.Lapisan perut bumi pulau Jawa (khusus bagi wilayah daratan rendah seperti Sidoarjo, Jatim) secara geologis sangat berbeda dengan pulau Lembata.
3.Lapisan perut bumi pulau Jawa yang dimaksud sebagian besar terdiri dari lapisan batuan sedimen sedangkan pulau lembata terdiri dari batuan beku.
4.Topografi pulau jawa memiliki sifat dan jenis tanah dan batuan yang mudah menyimpan air (aquifer) sedangkan topografi pulau Lembata memiliki sifat dan jenis batuan yang sangat sedikit menyimpan air.
5. Volume air tanah di pulau Lembata sangat kecil bila dibandingkan dengan pulau Jawa.
6. Menurut penelitian bahwa letak sumur pemboran berada pada jalur patahan/sesar sehingga tidak semuda mengasumsikan dengan pulau Lembata.

d.Bahwa “khasus bencana Waiteba pada tahun 1978 sebagai sampel untuk menggalang rasa takut agar tetap menpolak rencana kehadiran investasi pertambangan di Lembata” adalah tidak beralasan dan tidak relevan.
1.Peristiwa di Waiteba adalah semata proses alam yang terjadi akibat pergeseran perut bumi di bagian selatan (Laut Timor) yang bersumber dari pusatnya di Australia bagian utara dan Laut Pasifik sehingga letaknya yang tidak jauh dari sumbernya mengalami goncangan hebat (gempa bumi) sehingga menimbulkan naiknya air ke darat dan longsoran akibat guncangan.
2.Peristiwa Waiteba 1978 diakibatkan oleh fenomena geologis bukan aktivitas manusia seperti operasi pertambangan. Bencana alam ini tidak saja terjadi di Lembata tetapi di hampir seluruh muka bumi seperti tsunami di Aceh, gempa bumi di Mentawai, tsunami di Jepang, gempabumi di Haiti dan akhir-akhir ini di Amerika Serikat.
3.Gempa bumi bukan hanya terjadi sekarang tetapi terjadi juga berjuta-juta tahun yang lalu   (principle of geology: the present is key to the past).

e.Bahwa “khasus Teluk Buyat bekas lokasi tambang, di Sulawesi Utara disamakan dengan rencana majemen tailing (limbah tambang) yang akan dilakukan di Lembata”, sepenuhnya kurang tepat
1. Masyarakat lokal yang menderita gangguan penyakit adalah masyarakat dari wilayah/daerah lain yang dating ke sekitar operasi pertambangan untuk mendulang (pengakuan masyarakat setempat, pemilik ulayat kepada kelompok peneliti geologi dari PTFI 2006)
2. Manajemen pengolahan tailing yang dipakai pada penambangan oleh Newmont di Sulawesi Utara akan sangat berbeda dengan rencana manajemen pengendalian tailing di Lembata.

f. Bahwa “apabila operasi pertambangan tetap dilaksanakan maka pulau Lembata akan tenggelam” adalah materi pencerahan yang lucu dan tidak beralasan. Kita sebagai orang Lembata sedang tidak sadar bahwa kita sedang dibodohi dan sedang digiring menjadi buta.
1.Tidak pernah ada hasil penelitian yang secara ilmiah merekomendasikan bahwa sebuah pulau dapat tenggelam karena aktivitas penambangan (bukan penambangan pasir di pulau pasir)
2.Pulau-pulau yang dinyatakan hilang menurut Direktur Pemberdayaan Pulau-Pulau Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan adalah pulau-pulau yang sangat kecil dengan ketinggian 1 m bahkan sebagian besar yang tingginya hanya setengah meter. Pulau-pulau yang dimaksud adalah pulau-pulau yang tidak memiliki bukit, gunung dan hutan karena hanya terdiri dari pasir-pasir halus (akumulasi sedimen) dan akan menjadi tenggelam akibat terkikis abrasi dan terjadi peningkatan air laut.
3.Pulau Lembata adalah pulau yang memiliki topografi kurang dari 1500 m dpl, memiliki bukit-bukit dan gunung-gunung dan hutan berskala medium.

g. Bahwa “dampak lingkungan yang berbahaya bagi masyarakat lokal, flora, fauna dan biota laut” adalah pembeberan informasi tanpa justifikasi ilmiah, obyektif dan representatif.
      Bahwa lenyapnya lewotana adalah cara menakut-nakuti masyarakat secara berlebihan. Kita orang Lembata hanya bisa pandai berkata-kata dari sisi buruk, hanya pandai berprasangka negatif, dan hanya mampu melihat dari sisi pesimisme. Kita telah lupa bahwa kita yang lebih berpendidikan, lebih bisa makan dan minum di restoran, bisa naik pesawat ke mana-mana, berpakaian rapih dan berjas ingin menampilkan diri kita lebih pintar, lebih berada, lebih dihormati, lebih suka dilayani dan lebih ingin diperhatikan ternyata hanya bisa mampu mengkritik , mencemooh, menghujat, memprotes, dan ingin menang sendiri.
      Tulisan ini sebatas jawaban dan pemahaman terhadap kekhawatiran dan isu yang berkembang di masyarakat Lembata beberapa tahun yang lalu terhadap rencana eksplorasi dan eksploitasi emas oleh PT. Newmont Nusa Tenggara di Pulau Lembata. Jawaban ini ditinjau dari aspek geologi semata sesuai latarbelakang ilmu yang digeluti penulis. Aspek-aspek disiplin ilmu yang lain juga diperlukan untuk menjelaskan kekhawatiran dan isu-isu yang berkembang.

Tembaga


1. Pendahuluan
      Tembaga adalah unsur logam pertama yang diekstrak dari mineral, dan seperti halnya timah putih telah digunakan oleh manusia sejak zaman perunggu. Seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan teknologi, penggunaan tembaga terus mengalami peningkatan. Eksplorasi intensif untuk mendapatkan cebakan tembaga masih berlangsung di seluruh dunia terutama untuk memenuhi kebutuhan industri, dan karena merupakan konduktor listrik yang sangat baik sehingga tembaga digunakan untuk produk elektronik. Sementara konsumsi tembaga untuk bahan bangunan menempati urutan kedua, antara lain untuk bahan baku pembuatan pipa, ventilasi, dan logam lembaran.
      Kelompok tiga besar cebakan bijih tembaga dunia dari jenis porfiri dengan kandungan emas tinggi, yaitu Bingham di Amerika Serikat, OK-Tedi di Papua New-Guinea, dan Grasberg di Indonesia. Emas Grasberg sebagai unsure logam ikutan dari jenis mineralisasi yang sama merupakan cadangan terbesar di dunia. Cebakan tembaga tipe porfiri di Indonesia dapat dijumpai di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Tetapi hanya cebakan porfiri Grasberg dan Batu Hijau yang dapat diusahakan secara ekonomis. Beberapa cebakan berkadar rendah di antaranya belum layak untuk diusahakan apabila dikaitkan dengan kondisi harga tembaga pada saat ini. Sementara setelah ditetapkannya batas kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone; maka cebakan tembaga porfiri di Cabang Kiri, Cabang Kanan dan Sungai Mak di Bone Bolango, Gorontalo tidak dapat diusahakan karena menjadi bagian dari kawasan taman nasional tersebut.


Gambar 1.1 Tabel  hasil asesmen sumber daya tembaga dan emas Indonesia, sumber USGS

      Tambang Grasberg dan Batu Hijau menurut skala dunia termasuk kedalam kategori ukuran raksasa. Dengan radius bukaan akhir tambang berdiameter lebih dari dua kilometer dan kedalaman sekitar satu kilometer diperlukan pembangunan infrastruktur penambangan dan pengolahan berkapasitas besar. Pada dua lokasi tambang tersebut dapat dijumpai truk, buldozer, dan shovel berukuran raksasa, sama halnya dengan instalasi permukaan, penggerusan, pengolahan dan infrastruktur pendukung lainnya, yang seluruhnya berkapasitas sangat besar. Pengusahaan pertambangan bijih tembaga berskala besar pertama di Indonesia dilakukan di Papua, yaitu dari cebakan Grasberg dan Eastberg, kemudian disusul oleh pengusahaan pertambangan kedua dari cebakan Batu Hijau di Sumbawa. Cebakan Grasberg dan Batu Hijau merupakan cebakan tembaga primer berjenis Cu-Au porfiri, berdimensi besar, dimana penambangan dilakukan dengan metode tambang terbuka. Kedua cebakan bijih mempunyai kandungan utama tembaga (Cu) dengan unsur ikutan berupa emas (Au) dan perak (Ag). Selain memiliki kandungan sulfida yang tinggi, sulfur juga berpotensi menjadi komoditas bernilai ekonomis. 
Dari kedua kawasan pertambangan tembaga Grasberg dan Batu Hijau, yang disebut pertama berada pada daerah yang paling terpencil di dunia. Grasberg berada pada jalur metalogenik Irian Jaya Tengah, sedangkan Batu Hijau berada pada jalur Sunda-Banda.

2. Mineralogi Tembaga
      Secara mineralogi bijih tembaga dibagi menjadi empat kelompok besar yaitu
a. Mineral tembaga murni
b. Mineral sulfide tembaga
c. Minera oksida tembaga
d. Mineral tembaga kompleks
      Mineral-mineral gangue bijih tembaga yang utama antara lain : kuarsa, aklsit, dolomite, siderite, rhodochrosit, barit, dan zeolit. Pada umumnya bijih tembaga, yang berbentuk sulfide berasosiasi dengan monzonit, kuarsa atau batuan sejenis dengannya dan agak jarang berasosiasi dengan intrusi yang bersifat basa.
3. Genesis Tembaga
Endapan tembaga terbentuk dengan berbagai cara antara lain, yaitu :
Terbentuk dengan cara replacement
Terbentuk oleh pembekuan magma, dengan endapan mineral bornit dan kalkopirit jarang dengan pirit (sulfide)
Terbentuk oleh metasomatisme kontak (kalkopirit dan bornit dengan pirit, pirrhotit, tembaga sfalerit, molibdenit dan oksida.
Endapan sedimenter tembaga
      Contoh cebakan bijih tembaga yang sudah dieksplorasi dan dieksploitasi di Indonesia dan termasuk dalam kategori skala besar adalah cebakan bijih tembaga Grasberg dan Batu Hijau. Cebakan bijih tembaga Grasberg terbentuk pada batuan terobosan yang menembus batuan samping batugamping. Mineral sulfida yang terkandung dalam cebakan bijih tembaga porfiri Cu – Au Grasberg, terdiri dari bornit (Cu5FeS4), kalkosit (Cu2S), kalkopirit (CuFeS2), digenit (Cu9S5), dan pirit (FeS2). Sedangkan emas (Au) umumnya terdapat sebagai inklusi di dalam mineral sulfida tembaga, dengan konsentrasi emas yang tinggi ditunjukkan oleh kehadiran mineral pirit. Grasbergmasih mengandung cadangan sekitar 1.109 juta ton bijih dengan kadar 1,02% Cu, 1,19 ppm Au, dan 3 ppm Ag. Cebakan bijih tembaga Batu Hijau terbentuk sebagai mineralisasi yang terpusat pada stock tonalit tua dan cenderung berubah secara berangsur ke arah lateral dan vertikal. Mineral sulfida tembaga terdiri dari bornit, kalkopirit, digenit, kalkosit dan kovelit (CuS). Terdapat korelasi yang kuat antara Cu dan Au pada tonalit tua dan batuan samping di sekitarnya, dengan kandungan keduanya meningkat ke arah bawah. Mineralisasi lebih lemah terjadi pada tonalit muda dengan kadar <0,3% Cu dan <0,5 g/t Au,sementara kadar yang paling kecil <0,15% Cu terdeteksi pada retas-retas tonalit. Sulfida tembaga utama terbentuk sebagai pengisian rekahan dan berasosiasi dengan stockwork urat kuarsa yang mengisi 5 – 30% volume tonalit, yang meluas hingga melebihi 100 meter ke arah atas dan batuan samping. Hanya sedikit berupa sebaran (dissemination) di dalam masadasar batuan. Sedangkan retas-retas tonalit muda mengandung sangat sedikit urat, dan termineralisasi lemah (mengandung <0,30% Cu).


Gambar 3.1. Gambar contoh model cebakan bijih tembaga di Batu Hijau dan Grasberg

      Sebagian besar endapan tembaga yang ditemukan merupakan cadangan besar berasal dari larutan hydrothermal dan proses penggantian, lebih dominan dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh proses pengisian celah celah. Endapan yang berbentuk dari hasil metasomatik kontak dan yang langsung dipisahkan dari magma sangat sedikit dan hampi tidak berarti.


Gambar 3.2. Model dan tipe mineralisasi logam pada beberapa lokasi tambang di Indonesia

4. Penelitian, Penambangan dan Pengolahan Bijih Tembaga
4.1. Eksplorasi
      Di Indonesia sendiri nama-mana dinas atau divisi suatu organisasi perusahaan, lembaga pemerintahan serta penelitian memakai istilah eksplorasi untuk kegiatannya yang mencakup mulai dari mencari prospek sampai menentukan besarnya cadangan mineral. Sebaliknya ada beberapa negara, misalnya Perancis dan Uni Soviet (sebelum negara ini bubar) yang menggunakan istilah eksplorasi untuk kegiatan mencari mineralisasi dan prospeksi untuk kegiatan penilaian ekonomi suatu prospek (Peters, 1978). Selanjutnya istilah eksplorasi mineral yang dipakai dalam pembahasan ini berarti keseluruhan urutan kegiatan mulai mencari letak mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu hasil temuan mineralisasi. 
      Berikut di bawah ini adalah tahap-tahap dalam perencanaan kegiatan eksplorasi secara umum. Tahap- tahap itu adalah sebagai berikut.
1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan
Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Studi Literatur
      Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan dan lai-lain, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.
b. Survei dan Pemetaan
      Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapan-singkapan yang penting.
      Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian, yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dan lain-lain. Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan).
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dan lain-lain).
Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.
2. Tahap Eksplorasi Detail
      Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White, 1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%), sehingga dengan demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan.
      Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya.
3. Studi Kelayakan
    Pada tahap ini dibuat rencana peoduksi, rencana kemajuan tambang, metode penambangan, perencanaan peralatan dan rencana investasi tambang. Dengan melakukan analisis ekonomi berdasarkan model, biaya produksi penjualan dan pemasaran maka dapatlah diketahui apakah cadangan bahan galian yang bersangkutan dapat ditambang dengan menguntungkan atau tidak.
4.2. Penambangan Bijih Tembaga 
      Menurut Sukandarrumidi (2009) penambangan dilakukan dengan cara tambang terbuka, apabila endapan bijih ditemukan tidak terlalu dalam. Dapat juga dilakukan dengan penambangan dalam (underground) dengan membuat terowongan.  Pengangkutan dengan menggunakan alat-alat berat. Inventasi untuk usaha di industri pertambangan tembaga memerlukan biaya yang sangat besar. Oleh sebab itu usaha pertambangan jenis ini hanya mampu dilaksanakan oleh perusahan multi internasional.
Khusus untuk tambang tembaga Grasberg dan Batu Hijau adalah tipe porfiri. Cebakan tembaga tipe porfiri mempunyai dimensi besar dan kadar relatif rendah sehingga atas pertimbangan keekonomian, penambangan hanya dapat dilakukan dengan cara tambang terbuka (open pit mining). Pengupasan lapisan penutup (overburden) dan penambangan bijih dilakukan dengan sistem jenjang (benches). Cebakan bijih tembaga yang sangat tebal memerlukan banyak jenjang, dengan lebar dan tinggi jenjang diupayakan untuk dapat menahan batuan yang berhamburan saat peledakan, dan menyediakan ruang gerak yang memadai untuk alat pembongkar (excavator) dan unit pemuat (haulage).

 
Gambar 4.1. Tambang Batu Hijau, Sumbawa, NTB dengan cara tambang terbuka (open pit mining)

      Cebakan tembaga porfiri berdimensi sangat besar, dengan sebaran bijih ke arah lateral bisa mencapai satu kilometer atau lebih, dan sebaran lebih dari satu kilometer ke arah vertikal; sehingga pit (lubang tambang) yang dibuat mempunyai lebar lebih dari dua kilometer, kedalaman penambangan disesuaikan dengan sebaran bijih ekonomis yang dapat diambil. Karena penambangan dilakukan dengan cara menggali dan memindahkan material dalam jumlah sangat besar, maka Tambang Grasberg dan Batu Hijau mengoperasikan peralatan-peralatan berteknologi tinggi berukuran raksasa dan berkapasitas angkut sangat besar.
      Oleh karena sangat besarnya material yang dipindahkan, maka diperlukan lahan luas dan secara teknis aman untuk penampungan bijih (stock pile), limbah tambang (waste) yang ikut tergali, serta ampas pengolahan (tailing). Material yang pada desain tambang berada di atas batas akhir pit seluruhnya akan tergali, baik berupa batuan samping yang tidak mengandung bahan berharga maupun bijih kadar rendah yang belum mempunyai nilai ekonomi. Mengingat kecenderungan harga logam tembaga yang terus naik, maka bijih kadar rendah yang mempunyai peluang untuk menjadi ekonomis di masa yang akan datang, disimpan sebagai stock pile yang terpisah dari bijih kadar ekonomis. Apabila terjadi peningkatan harga tembaga dengan akibat bijih kadar rendah menjadi ekonomis untuk diusahakan, maka dapat dilakukan pengolahan secara terpisah atau dicampurkan bersama bijih kadar tinggi. 

Gambar 4.2  Tubuh bijih pada Distrik Grasberg

      Saat ini Grasberg ditambang dengan metode tambang terbuka. Namun karena bukaan yang semakin dalam, sekitar tahun 2015, cara penambangan akan diubah menjadi tambang bawah tanah. Jika semua terwujud, tambang bawah tanah Grasberg akan menjadi salah satu yang terbesar. Tambang tembaga terbesar di Indonesia adalah yang diusahakan PT Freeport Indonesia di area Grasberg, Papua. Freeport juga mengoperasikan beberapa tambang bawah tanah besar, meski dengan kemampuan produksi yang masih berada di bawah Grasberg.

5. Pengolahan Bijih Tembaga

      Pengolahan bijih tembaga melalui beberapa tahap, yaitu: liberasi, pengapungan (flotasi), pemanggangan, peleburan, pengubahan dan elektrolisis. Proses pengolahan dari tahap liberasi (peremukan dan penggerusan) sampai flotasi dilakukan di wilayah eksploitasi bijih tembaga. Proses selanjutnya dilakukan di smelter yang berada di Gresik, Jawa Timur. 
      Pabrik pengolahan (mill) menghasilkan konsentrat tembaga dari bijih yang ditambang melalui pemisahan mineral berharga dari pengotornya. Langkah-langkah utamanya adalah penghancuran, penggerusan, pengapungan, dan pengeringan. Penghancuran dan penggerusan mengubah bongkah bijih menjadi berukuran halus. Penghalusan ukuran butir berfungsi untuk membebaskan butiran yang mengandung tembaga dan emas, serta untuk proses pemisahan dan menyiapkan ukuran yang sesuai dengan proses selanjutnya. 
      Bijih yang sudah halus diolah selanjutnya melalui proses flotasi, yaitu untuk menghasilkan konsentrat tembaga. Permukaan mineral yang bersifat hydrophobic atau aerophilic (menolak air) dipisahkan dengan yang bersifat hydrophilic atau aerophobic (menerima air). Pada proses pengapungan (flotasi), bubur konsentrat (slurry) yang terdiri dari bijih yang sudah halus (hasil gilingan) dicampur dengan reagen, kemudian dimasukkan ke dalam rangkaian tangki pengaduk yang disebut sel flotasi, secara bersamaan dipompakan udara ke dalam slurry tersebut. 

   
Gambar 5.1 Permukaan gelembung buih flotasi (kiri) dan Luapan buih slurry (kanan) mengandung konsentrat bijih tembaga.

      Reagen yang digunakan berupa kapur 600 gram/ton bijih, pembuih (frother) dan kolektor. Kapur berfungsi untuk mengatur pH. Pembuih membentuk gelembung stabil yang tidak mudah pecah. Gelembung-gelembung mengapung ke permukaan sel flotasi sebagai buih. Reagen kolektor bereaksi dengan permukaan partikel mineral sulfida logam berharga, sehingga menjadikan permukaan tersebut bersifat menolakair (hydrophobic). Butir mineral sulfida tersebutmenempel pada gelembung udara yang terangkat dari zona slurry ke dalam buih yang mengapungdi permukaan. Buih bermuatan mineral berharga tersebut yang menyerupai buih deterjen berkilapmetalik akan meluap dari bibir atas mesin flotasi dan masuk ke dalam palung (launders)sebagai tempat pengumpulan mineral berharga. Mineral berharga yang terkumpul di dalam palung tersebut adalah konsentrat. Konsentrat (dalam bentuk slurry, 65% padat menurut berat) dipompa ke pelabuhan melalui jaringan pipa slurry. Pada Tambang Grasberg panjang jaringan pipa tersebut 115 km. Selanjutnya konsentrat dikeringkan sampai kandungan airnya tinggal 9% dan kemudian dikapalkan untuk dijual.
      Emas kasar dan bebas, tidak bereaksi dengan baik pada proses flotasi. Emas tersebut dipisahkan dan diambil dengan menggunakan konsentrator, yaitu sebuah sistem pengambilan yang juga berfungsi sebagai pemisahan, dilakukan secara gravitasi dan menggunakan daya sentrifugal. Dengan demikian, perolehan emas dari bijih akan mengalami peningkatan. Bahan yang tak bernilai ekonomi terkumpulkan di dasar sel flotasi, sebagai limbah yang disebut tailing. Tailing ini disalurkan menuju areal pembuangan (tailing dump).

Peleburan dan Pemurnian
      Konsentrat tembaga dari hasil proses flotasi mengandung beberapa unsur dengan kisaran kadar: 30% Cu, 30 ppm Au, 50 ppm Ag, 30% S, 25% Fe, 15% gangue minerals yang selanjutnya dilebur dan dimurnikan di Gresik, Jawa Timur. PT Smelting didirikan di Gresik Jawa Timur sebagai pabrik peleburan dan pemurnian konsentrat tembaga pertama di Indonesia dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku tembaga di dalam negeri, yang mengolah sebagian produksi konsentrat PT Freeport Indonesia (Grasberg) dan PT Newmont Nusa Tenggara (Batu Hijau). Sebagian besar (60%) katoda tembaga produk PT Smelting diserap oleh industri dalam negeri dan selebihnya diekspor. Konsentrat tembaga hasil proses flotasi dipanggang untuk mengubah besi sulfide menjadi besi oksida, sedangkan tembaga tetap sebagai sulfida melalui reaksi : 4CuFeS2 + 9O2> 2Cu2S + 2Fe2O3 + 6SO2. 
      Konsentrat bijih yang sudah melalui pemanggangan kemudian dilebur hingga mencair dan terpisah menjadi 2 (dua) lapisan. Lapisan bawah berupa copper matte, mengandung Cu2S dan besi cair, sedangkan lapisan atas merupakan terak silikat yang mengandung FeSiO3. Copper matte dipisahkan dari terak berdasarkan perbedaan gravitasi. Selanjutnya copper matte (68% Cu) dipindahkan ke dalam tungku lain dan secara bersamaan ditiupkan udara sehingga terjadi reaksi redoks yang menghasilkan tembaga lepuh (blister copper, 98,9% Cu). 

 
Gambar 5.2 Diagram alir peleburan tembaga di Gresik, Jawa Timur (sumber: www.smelting.com)

      Pemurnian tembaga dilakukan dengan cara elektrolisis. Tembaga lepuh digunakan sebagai anoda, sedangkan tembaga murni digunakan sebagai katodanya. Elektrolit yang digunakan adalah larutan CuSO4. Selama proses elektrolisis, Cu dipindahkan dari anoda ke katoda, dengan menggunakan potensial tertentu sehingga bahan pengotor dapat terpisah. 
Unsur-unsur dan mineral ikutan dalam konsentrat yang diolah PT Smelting, menjadi bagian dari by product yang terdiri atas gas buang SO2, lumpur anoda (anode slime), terak besi (slag) dan gipsum. Limbah gas SO2 tersebut diproses lebih lanjut menjadi asam sulfat yang dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk, sedangkan terak besi dan gipsum digunakan sebagai bahan baku industri semen. Lumpur anoda mengandung emas berkadar ± 3,25% dan ± 6,25 % perak diekspor.

      Terdapat tiga proses pengolahan untuk mendapatkan logam tembaga (dalam Sukandarrumidi, 2009). Proses tersebut adalah
1. Proses pyrometallurgy, yaitu proses pengolahan bijih dengan temperature tinggi dari hasil pembakaran bahan bakar.
2. Proses hidrometallurgi, yaitu proses pengolahan bijih dengan melarutkan bijih yang kemudian dipisahkan lagi dari larutan tersebut, sehingga didapatkan unsure tembaga yang bebas dari unsure lain.
3. Proses elctrometallurgy, yaitu proses pengolahan bijih dengan tenaga listrik seperti pada eloktrolisa dan elektrothermis.

6. Kesimpulan
      Penggunaan tembaga terus mengalami peningkatan sehingga eksplorasi intensif untuk mendapatkan cebakan tembaga masih berlangsung di seluruh dunia terutama untuk memenuhi kebutuhan industri, dan karena merupakan konduktor listrik yang sangat baik sehingga tembaga digunakan untuk produk elektronik. Sementara konsumsi tembaga untuk bahan bangunan menempati urutan kedua, antara lain untuk bahan baku pembuatan pipa, ventilasi, dan logam lembaran.
      Endapan tembaga terbentuk dengan berbagai cara antara lain, yaitu : terbentuk dengan cara replacement, terbentuk oleh pembekuan magma, terbentuk oleh metasomatisme kontak ,terbentuk berupa endapan sedimenter tembaga. Khusus di Indonesia saat ini cebakan tembaga yang ekonomis diusahakan adalah tipe porfiri.Cebakan tembaga tipe porfiri di Indonesia dapat dijumpai di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Tetapi hanya cebakan porfiri Grasberg dan Batu Hijau yang dapat diusahakan secara ekonomis. Dari cebakan Grasberg dan Eastberg, kemudian disusul oleh pengusahaan pertambangan kedua dari cebakan Batu Hijau di Sumbawa merupakan pengusahaan pertambangan bijih tembaga berskala besar pertama di Indonesia .
      Tahapan eksplorasi endapan bijih tembaga uumumnya mengikuti eksplorasi yang umumnya dilakukan pada endapan bijih bahan tambang lainnya, yaitu :
1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan
a. Studi Literatur
b. Survei dan Pemetaan
2. Tahap Eksplorasi Detail
3. Studi Kelayakan
      Teknik penambangan tembaga dilakukan dengan cara tambang terbuka, apabila endapan bijih ditemukan tidak terlalu dalam. Dapat juga dilakukan dengan penambangan dalam (underground) dengan membuat terowongan.  Hal ini tergantung tipe cebakan dan kondisi geologi. Khusus untuk tambang tembaga Grasberg dan Batu Hijau adalah tipe porfiri. Cebakan tembaga tipe porfiri mempunyai dimensi besar dan kadar relatif rendah sehingga atas pertimbangan keekonomian, penambangan hanya dapat dilakukan dengan cara tambang terbuka (open pit mining).
Terdapat tiga proses pengolahan untuk mendapatkan logam tembaga (dalam Sukandarrumidi, 2009). Proses tersebut adalah
4. Proses pyrometallurgy, yaitu proses pengolahan bijih dengan temperature tinggi dari hasil pembakaran bahan bakar.
5. Proses hidrometallurgi, yaitu proses pengolahan bijih dengan melarutkan bijih yang kemudian dipisahkan lagi dari larutan tersebut, sehingga didapatkan unsure tembaga yang bebas dari unsure lain.
6. Proses elctrometallurgy, yaitu proses pengolahan bijih dengan tenaga listrik seperti pada eloktrolisa dan elektrothermis.




PUSTAKA
Sukandarrumidi, 2009. Geologi mineral logam. Gadjahmada University Press, Yogyakarta

Suprapto, Sabtanto Joko.,2008,. Pertambangan Tembaga di Indonesia : Raksasa Grasberg dan Batu Hijau, Warta Geologi volume 3 no.3 September 2008 hal 6-13.Ba

Mahler, Armando .2008, Dari Grasberg sampai Amamapare. Gramedia

file://localhost/E:/flash/tahapan-kegiatan-eksplorasi.html

Formasi Mandalika dan Cmpur Darat Juga Punya Potensi

      Formasi Mandalika merupakan salah satu formasi geologi di Pegunungan selatan Jawa Bagian Timur. Formasi ini tersusun atas breksi gunungapi, lava dan tuff, sisipan batupasir dan batulanau ( Samodra, drr,1992).
Bagian bawah dan tengah dari batupasir terdapat sesuatu yang memiliki nilai ekonomis. Sesuatu itu adalah batubesi. sebaran batubesi ini terutama terdapat di kabupaten Trenggalek. Batubesi ini merupakan endapan tipe sedimenter (??).


Foto endapan batubesi di Kali Telu, Trenggalek Jawa Timur (Maret, 2012)

Contoh kenampakan fisik batubesi di Kabupaten Trenggalek. Tampak struktur cross bedding yang menindikasikan lingkungan pengendapan laut.

Tentang Pulau Bawean


    Pulau Bawean adalah suatu pulau kecil berada di Laut Jawa tepatnya berada di utara Pulau Jawa dan termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Untuk dapat ke Pulau ini satu-satunya transportasi yang digunakan adalah transportasi laut. Dengan kapal cepat ML.Express Bahari waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pulau ini kurang lebih tiga jam. Apabila dengan menggunakan kapal-kapal lain waktu tempuh bisa mencapai delapan jam. Adapun rute perjalanannya adalah dari Pelabuhan Gresik menuju Pelabuhan Sangkapura, Pulau Bawean. Untuk mendapatkan tiket kapal ke pulau ini harus dipesan/dibeli jauh-jauh hari, berhubung persediaanya terbatas. Untuk tiket kelas VIP anda dapat menyediakan uang Rp.130.000,00. Jika hendak menaiki kapal disarankan untuk mengkonsumsi minuman/makanan anti mabuk karena ombak yang besar sepanjang perjalanan.
    Pulau Bawean memiliki dua wilayah administrasi kecamatan yaitu Kecamatan Sangkapura di tenggara pulau dan Kecamatan Tambak di barat laut pulau ini. Mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan nelayan sedangkan sisanya bekerja sebagai pegawai negeri, pedagang dan buruh. Penduduk Bawean terkenal sebagai perantau. Banyak dari mereka yang menjadi TKI yang bekerja di luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Brunai Darussalam. Penduduk pulau Bawean terdiri dari orang asli Bawean, orang Madura dan orang Jawa. Secara religion penduduk Pulau Bawean mayoritas memeluk agama Islam. Bahasa yang digunakan di daerah ini tentunya adalah Bahasa Indonesia di samping bahasa local seperti Bahasa Bawean, Bahasa Madura dan Bahasa Jawa.
      Banyak orang mungkin belum mengenal pulau ini, meskipun orang Jawa sekalipun. Tenyata  Pulau Bawean adalah pulau yang indah dan kaya akan sumber daya alam. Pulau ini dikatakan indah karena memiliki panorama pantai dan laut yang menarik seperti Pantai Losari. Di pantai ini anda dapat menikmati hembusan angin laut di atas rumah panggung yang di bangun di atas laut sembari menikmati kuliner laut ala Bawean. Selain itu wisata laut lain seperti di Dusun Teluk emur Desa Kepuh, juga menyediakan kuliner laut. Sambil anda menikmati lautnya anda juga bisa menyaksikan kerajinan pembuatan perahu nelayan di sana. Selain pantainya juga ada pulau-pulau karang (batugamping) dan gua-gua karst seperti di Tanjung Gaeng. Gunung-gunung juga tersebar hampir di seluruh pulau ini. Secara geologi gunung-gunung ini terbentuk akibat intrusi akibat spreading (pemekaran lantai samudra di belakang busur kepulauan) yang membentuk intrusi setempat-setempat (hot spot). Hal ini terbukti dengan banyaknya batuan intrusi seperti mikrodiorit dan granit porfiri yang mengintrusi batuan dasar berupa batugamping seperti di G.Pataonan di Desa Gelam, di sana terdapat bahan galian berupa oniks dan mikrodiorit. Kontak antara kedua batuan ini menimbulkan munculnya mata air panas. Hal yang sama juga dapat dijumpai di Desa Kepuh Legundi. Di sana ada tempat pemandian air panas. Setiap ada kontak stratigrafi pasti ada muncul mata air. Menarik memang secara geologis. Ketika tim kami melakukan penelitian di sana ternyata bahan galian tambang begitu perfect karena hampir tiga golongan bahan tambang ada di sana mulai dari golongan A (strategis) seperti sisa-sisa pipa pemboran minyak bumi zaman Belanda dan batubara, golongan B (vital) seperti emas dan mangan dan juga golongan C (bahan galian Industri) seperti feldspar, kaolin sebagai hasil pelapukan dan alterasi dari granit. Juga yang tak kalah menarik adalah pasir kuarsa yang begitu tebal dan lebih menarik lagi adalah bahan galian berupa oniks yang dapat dibentuk menjadi ornament seperti meja, pot dan lain-lain. Ada juga marmer dan batuan metasedimen. Tak heran memang karena kondisi geologinya yang kaya sehingga pemanfaatannya oleh penduduk untuk bahan keramik. Rumah-rumah yang hampir semuanya berkeramik adalah cerminan sumberdaya geologinya yang melimpah dan juga dekat dengan pabrik semen Gresik dan petrokimia Gresik.Pokoknya indah dan Kaya.

Menikmati kuliner ala Bawean di Desa Kepuh (gambar kiri) dan pulau karang (batugamping) di Tanjung Gaeng (gambar kanan)

Endapan pasir kuarsa dengan perlapisan cross bedding (kiri) dan singkapan Mangan (kanan)